Hidup di dunia bukanlah hanya duduk saja,akan tetapi harus berusaha.Walaupun banyak sekalai ujian hidup yang diterima seseorang tak peduli kaya atau miskin.Berikut adalah sebuah cerita yang dikutip dari http://www.facebook.com/ZiarahKabah.Berikut ceritanya selamat membaca dan ambillah pelajarannya:
BERKAT SEDEKAH, TUKANG BECAK ITU MENGUNJUNGI BAITULLAH
Pak Parman, demikian orang-orang memanggilnya. Dia hanyalah seorang
tukang becak. Sudah bisa ditebak, berapa kekayaannya? Dia hanya punya
tempat tinggal, dan itu pun kost di tempat yang kumuh, yang gentengnya
sewaktu-waktu bisa bocor karena hujan. Meski begitu, Pak Parman memiliki
budi yang sangat mulia. Kemiskinan yang merenggut kehidupannya, tidak
menutup mata batinnya untuk selalu berbagi kepada orang lain.
“
Siapa kira orang miskin tidak bisa naik haji. Karena sedekah, tukang
becak yang satu ini justru mendapatkan keberkahan untuk menunaikan rukun
Islam kelima.
Tapi, bukan harta yang bisa ia sumbangkan.
Sebab, untuk makan sehari-hari saja sulit, apalagi berniat untuk berbagi
harta kepada orang lain. Maka, yang hanya bisa dilakukan Pak Parman
adalah “sedekah jasa”. Yaitu, setiap hari Jum’at ia menggratiskan semua
penumpang yang naik becaknya. Ini adalah hal yang luar biasa. Tidak
semua orang bisa melakukannya, apalagi orang miskin seperti dirinya.
Maka, atas kebaikannya itulah, suatu “keberkahan hidup” kemudian
menghampirinya.
Suatu ketika, di hari Jum’at pertama bulan
Ramadhan, tiba-tiba, ada orang yang kaya raya mobilnya mogok. Kebetulan,
mogoknya tidak jauh dari pangkalan becak Pak Parman. Orang kaya itu pun
bertanya kepada supirnya, “Pir, kalau naik becak kira-kira ongkosnya
berapa ya?”
“Paling juga dua sampai tiga ribuan,” jawab supir kepada majikannya.
Orang kaya tersebut pun memutuskan naik becak karena sebenarnya jarak
dirinya dengan rumahnya sudah lumayan dekat. Maka, dipanggillah tukang
becak yang ada di pangkalan tersebut dan kebetulan Pak Parman yang
datang. Lalu, digoeslah becak itu oleh Pak Parman menuju rumah orang
kaya tersebut. Setelah sampai di tempat, Pak Parman dikasih uang 10 ribu
dan tidak usah dikembalikan. Namun, oleh Pak Parman uang itu
ditolaknya.
“Kenapa Bapak menolaknya?” tanya orang kaya itu..
“Saya sudah meniatkan dari dulu, kalau setiap Jum’at saya menggratiskan semua penumpang yang naik becak saya,” jawabnya jujur.
Setelah itu, Pak Parman pun pergi meninggalkan orang kaya tersebut.
Rupanya, kejadian itu sangat membekas di hati orang kaya tersebut. Orang
kaya seperti dirinya saja tidak pernah sedekah, ini orang miskin malah
melakukannya dengan begitu tulus. Lalu, dikejarlah Pak Parman. Setelah
dapat, Pak Parman pun dikasih uang satu juta. Orang kaya itu pikir, Pak
Parman akan menerimanya karena uangnya besar. Tapi, Pak Parman tetap
menolaknya. Lalu, dinaikkan lagi menjadi dua juta dan tetap Pak Parman
menolaknya. Alasan Pak Parman sama: dia tidak menerima uang sepeser pun
di hari Jum’at untuk jasa ojek becaknya. Sebab, dia sudah meniatkannya
untuk bersedekah. Subhanallah!
Tapi, hal ini justru membuat
orang kaya tersebut semakin penasaran. Maka Jum’at berikutnya (di hari
Ramadhan juga), orang kaya itu pun naik becak lagi. Ia sengaja
meninggalkan supirnya untuk pulang ke rumah sendiri dan dia lebih
memilih berhenti di pangkalan itu untuk bisa naik becak Pak Parman. Maka
diantarlah orang kaya tersebut ke rumahnya oleh Pak Parman. Setelah
sampai, Pak Parman pun diberikan uang yang lebih besar lagi, kali ini 10
juta. Orang kaya itu pikir Pak Parman akan tergoda oleh uang sebanyak
itu. Tapi, lagi-lagi, perkiraannya meleset. Pak Parman, sekali lagi,
menolak uang yang bagi dia itu sebenarnya sangat besar. Apalagi,
sebentar lagi akan Lebaran dan uang itu pasti akan berguna buat dirinya
dan keluarganya. Tapi, orangtua itu menolaknya dengan halus.
Kejadian ini benar-benar membuat orang kaya tersebut tidak mengerti.
Kenapa orang miskin seperti Pak Parman tidak mau menerima uang sebesar
itu? Padahal, uang itu bisa ia gunakan selama berbulan-bulan. Namun,
rasa penasaran orang kaya itu rupanya tidak pernah berhenti. Jum’at
berikutnya, dia pun naik becak milik Pak Parman lagi. Namun, kali ini ia
minta diantarkan ke tempat yang lain.
“Pak, antarkan saya ke rumah Bapak,” pinta orang kaya.
“Memangnya, ada apa, Pak?” jawab Pak Parman polos.
“Pokoknya, antarkan saya saja.”
Akhirnya, Pak Parman terpaksa mengantarkan orang kaya itu ke rumahnya.
Mungkin orang kaya itu hanya ingin menguji: apakah tukang becak itu
benar-benar orang miskin ataukah tidak? Mereka pun akhirnya sampai di
rumah Pak Parman. Betapa terkejutnya orang kaya itu, karena rumah yang
dimaksud hanyalah sebuah rumah kost yang sangat jelek. Gentengnya
sewaktu-waktu bisa roboh karena terpaan air hujan. Karena sangat iba
melihat kejadian itu, orang itu pun merogoh uangnya sejumlah Rp. 25
juta.
“Ini Pak, uang sekedarnya dari saya. Mohon Bapak menerimanya,” pinta orang kaya kepada Pak Parman.
Apa reaksi Pak Parman? Ternyata, dengan halus dia pun tetap menolaknya.
Hal ini benar-benar sangat mengejutkan orang kaya itu. Bagaimana bisa
orang semiskin dia menolak uang pemberian sebesar Rp. 25 juta? Kalau
bukan dia adalah lelaki yang luar biasa, yang memiliki budi yang sangat
luhur.
Akhirnya orang kaya itu pun menyerah. Dia benar-benar
kalah dengan ketulusan hati Pak Parman. Ia percaya bahwa apa yang
dilakukan Pak Parman benar-benar tulus dari hatinya. Ia benar-benar
tidak tergoda oleh indahnya dunia dan kilaunya uang jutaan rupiah.
Mungkin ia satu pribadi yang langka dari 1000 orang yang ada, yang
sewaktu-waktu hanya muncul di dunia. Luar biasa!
Tapi, orang
kaya itu berjanji bahwa suatu saat ia akan memberikan yang terbaik buat
tukang becak yang berhati mulia tersebut. Sebab, mungkin, baru kali ini
hatinya terusik lalu disadarkan oleh orang miskin yang hanya seorang
tukang becak. Dan waktu pun terus berlalu.
Lebaran telah tiba.
Pak Parman dan orang kaya itu tidak bertemu lagi. Menjelang Lebaran Haji
(Idul Adha), orang kaya itu kembali menemui Pak Parman di rumah
kostnya. Kembali ia pun datang di hari Jum’at. Mudah-mudahan kali ini
niatnya tidak sia-sia. Setelah mereka bertemu, di depan Pak Parman orang
kaya kemudian bicara terus terang, “Pak, mohon kali ini niat baik saya
diterima. Bapak dan istri serta anak Bapak akan saya berangkatkan haji
ke Tanah Suci. Sekali lagi, mohon Bapak menerima niat baik saya ini?”
Pak Parman menangis di depan istri dan anak semata wayangnya. Pergi ke
Mekkah saja tidak pernah ia bayangkan sejak dulu, ini apalagi ia dan
keluarganya akan diberangkatkan naik haji. Ini benar-benar hadiah yang
sangat luar biasa dari Allah swt. Tawaran orang kaya itu pun diterima
Pak Parman dengan setulus hati.
Maka, Pak Parman dan
keluarganya pun akhirnya pergi haji. Ya, seorang tukang becak yang
miskin tapi memiliki hati yang sangat mulia akhirnya bisa melihat
keagungan Ka’bah di Mekkah al-Mukarramah dan makam Nabi Muhammad saw di
Madinah. Kebaikannya dibalas oleh Allah. Ia yang menolak satu juta, dua
juta, 10 juta, hingga Rp. 25 juta, tapi Allah menggantinya dengan haji
ke Baitullah, bersama istri dan anaknya! Jadi, berapa kali lipatkah
keberkahan yang didapatkan Pak Parman karena sedekah yang ia lakukan
setiap hari Jum’at?! Subhanallah!
Bahkan, tidak saja dihajikan
secara gratis, Pak Parman akhirnya dibuatkan rumah oleh orang kaya
tersebut. Maka, semakin berkahlah hidup si tukang becak berhati mulia
itu. Dan sejak itu, Pak Parman pun bisa tinggal di sebuah tempat yang
nyaman dan tidak memikirkan lagi uang untuk kost di bulan berikutnya.
Demikian kisah tukang becak yang bisa naik haji karena sedekah yang
dilakukannya. Apakah kita sudah seperti Pak Parman? Dia yang miskin
masih memikirkan untuk berbagi untuk orang lain, apalagi kita yang
mungkin lebih mampu dibandingkan dia. Mudah-mudahan kita bisa mengikuti
jejaknya, terutama dalam hal ketulusannya dalam berbagi! Amin.
No comments:
Post a Comment